JURNALPOSMEDIA.COM – Good News From Indonesia (GNFI) yang selama ini menyebarkan berita positif tentang Indonesia melalui portal dan media sosial kembali melakukan survei indeks optimisme untuk keempat kalinya sejak tahun 2008.
Pada survei tahun ini, GNFI bekerja sama dengan lembaga survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), untuk mengukur seberapa optimistis generasi muda terhadap masa depan Indonesia.
Seperti tahun lalu, survei ini juga bertujuan untuk mengukur bagaimana dampak pandemi Covid-19 yang telah mengubah perilaku, kebiasaan, dan dinamika kehidupan masyarakat di tengah pandemi.
Survei tahun ini membagi perhatian pada lima isu utama, di antaranya Pendidikan dan Kebudayaan, Kebutuhan Dasar, Ekonomi dan Kesehatan, Kehidupan Sosial, dan Politik dan Hukum.
“Survei yang kami rilis tiap tahun ini, memberikan kita insight isu-isu apa saja yang membuat anak muda kita optimis dan sebaliknya. Media seperti GNFI bisa memainkan peran untuk mendorong critical thinking bagi audiens kami dalam melihat kedua fenomena tersebut,” ujar Akhyari Hananto, Pendiri dan Pemimpin Redaksi GNFI.
Hasilnya, generasi muda merasa optimistis terhadap masa depan Indonesia dengan net index 67,0%. Kemudian, berdasarkan lima sektor yang diteliti, tingkat optimisme paling tinggi berada pada sektor pendidikan dan kebudayaan dengan net index 83,9%.
Sektor berikutnya adalah kebutuhan dasar dengan net index 75,1%. Menariknya, di tengah perlambatan ekonomi dan terbatasnya peralatan medis akibat dampak pandemi Covid-19, sektor ekonomi dan kesehatan mampu mencatatkan net index sebesar 64,5%.
Selanjutnya, sektor kehidupan sosial mencatatkan net index sebesar 50,5%. Secara persentase, angka tersebut lebih rendah dari ketiga sektor sebelumnya, tetapi indeks optimismenya masih bisa dikategorikan tinggi.
“Salah satu tantangan kita dari sisi sosial adalah masalah keragaman. Keragaman yang sangat tinggi di Indonesia itu masih dirasakan sebagai tantangan dan tidak menjadi kekuatan. Keragaman dalam preferensi menjadi tekanan sosial dan mengurangi kebebasan berpendapat bagi anak-anak muda saat ini,” kata Robby Muhammad, Pakar Sosiolog dan Akademisi.
Terakhir, bidang politik dan hukum menjadi sektor dengan tingkat optimisme paling rendah. Sektor ini hanya mencatat net index 28,1%, dengan klasifikasi rendah.
“Hasilnya sungguh di luar dugaan saya. Ternyata, efikasi berbasis kemampuan itu tinggi semua termasuk soal kebutuhan dasar, akses pendidikan tinggi semua. Optimisme yang sifatnya soal hukum dan pemerintahan itu ternyata rendah. Dengan hasil ini, saya tidak khawatir terhadap anak muda di Indonesia karena mereka punya kemampuan dan kepercayaan diri bahwa mereka mampu melakukan sesuatu walaupun mereka punya penilaian kurang optimis terhadap pemerintahan,” ucap Kunto Adi Wibowo, Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI & Peneliti Komunikasi Media.
Generasi muda paling optimis pada sektor pendidikan dan kebudayaan
Optimisme generasi muda Indonesia sangat tinggi terhadap sektor pendidikan dan kebudayaan, dengan perolehan angka net indeks 83,9%.
Faktor yang menyebabkan tingginya optimisme generasi muda ada pada sub-sektor pendidikan, yang disebabkan semakin mudahnya akses pendidikan berkualitas di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan tersedianya fasilitas pendidikan tinggi pada setiap daerah di Indonesia.
Kemudian pada sub-sektor kebudayaan, diterimanya produk kerajinan tangan Indonesia pada level dunia menjadi faktor yang menyebabkan tingginya optimisme generasi muda pada sektor kebudayaan.
“Optimisme dalam subjek pendidikan menjadi modal banyak hal. Modal untuk sehat secara jiwa dan raga. Pemuda memiliki kesehatan mental walaupun di kondisi yang krisis, mereka mampu melihat dunianya dalam perspektif yang positif. Rasa optimis dalam subjek pendidikan juga menjadi modal untuk banyak hal untuk kompetensi-kompetensi yang esensial,” ujar Najelaa Shihab, Pendidik dan Inisiator Semua Murid Semua Guru.
“Perguruan tinggi ada di berbagai daerah. Akses pendidikan saat ini merupakan capaian yang baik, namun tidak semua akses pendidikan memiliki kualitas yang baik di semua jenjang. Termasuk di jenjang pendidikan tinggi yang menjadi alasan pemuda optimis di subjek pendidikan,” tambahnya.
Tingkat optimisme paling rendah berada pada sektor politik dan hukum
Bidang politik dan hukum menjadi sektor dengan tingkat optimisme paling rendah. Sektor ini hanya mencatat net index 28,1%, dengan klasifikasi rendah.
Persepsi bahwa praktik korupsi di Indonesia masih sangat tinggi merupakan alasan utama sektor hukum dan politik menjadi sektor dengan tingkat optimisme terendah ketimbang sektor lainnya.
Selain itu, responden juga masih merasa pesimistis terhadap penegakan hukum di Indonesia yang tidak diskriminatif di masa depan. Dari semua aspek yang ada, isu korupsi dan penegakan hukum menjadi permasalahan yang paling banyak diragukan responden.
“Kredibilitas kebijakan pemerintah ini merupakan sebuah peluit yang nyaring untuk didengar, terkait perbaikan kualitas kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bagi anak muda, pemerintah sering kali dianggap bagian dari permasalahan, bukan pemecahan,” ungkap Ahmad Erani, Pakar Ekonomi dan Guru Besar Universitas Brawijaya.
Covid-19 menjadi masalah utama yang membayangi Indonesia
Generasi muda memandang Covid-19 menjadi masalah utama yang mereka lihat saat ini dengan persentase 73,3%.
Selain Covid-19, para responden generasi muda ini melihat empat hal lain yang menjadi permasalahan. Di antaranya, kebijakan pemerintah yang menyulitkan dan tidak tegas diungkapkan oleh 4,3% responden, fasilitas kesehatan dan vaksin 3,6%, masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan (prokes) 3,5%, dan masih maraknya praktik KKN 3,5%.
“Pemerintah memegang tugas penting sebagai penampung optimisme generasi muda. Tiga tugas utama yang perlu pemerintah benahi sebagai syarat optimisme dari generasi muda adalah lebih baik lagi dalam mengurus negara, menyediakan lapangan pekerjaan serta akses kesehatan yang merata dan berkualitas. Tiga hal tersebut menjadi syarat optimisme generasi muda dalam melihat masa depan Indonesia,” kata Ahmad Erani.
Survei ini dilakukan pada 8-15 Juli 2021 melalui wawancara telepon dengan response rate 14,46% dari 5.524 panel. Responden survei ini tersebar di 11 kota besar Indonesia, yakni Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Banjarmasin, dan Makassar.
“Hasil survei saat ini menunjukkan tingkat optimisme generasi muda lebih baik dibandingkan survei pertama yang dilakukan GNFI pada 2008. Hal ini perlu menjadi aset sekaligus tantangan bagi seluruh pemangku kepentingan. Aset, karena anak-anak muda memiliki optimisme yang baik. Namun sekaligus menjadi tantangan, karena apabila tidak dikelola dengan baik optimisme tersebut tidak akan berarti banyak bagi kemajuan Indonesia,” ujar Wahyu Aji, CEO GNFI.
Sumber: Press Release Peluncuran dan Diskusi Hasil Survei Indeks Optimisme 2021 Good News From Indonesia (GNFI)