JURNALPOSMEDIA- Akhir-akhir ini fashion banyak diperbincangkan oleh masyarakat di Indonesia mulai dari tren fashion hingga penggunaan fashion itu sendiri. Istilah fast fashion digunakan ketika model pakaian yang selalu berubah dalam waktu singkat dan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam jumlah yang banyak. Fast fashion diproduksi menggunakan bahan yang kurang berkualitas sehingga dapat dijual dengan harga yang murah. Produk fast fashion biasanya mengalami perubahan waktu yang singkat, cepat, dan selalu update mengikuti trend.
Fast fashion bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba. Fast fashion merupakan tren yang. akan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Bermula pada tahun 1920-an tepatnya di Amerika setelah Perang Dunia I usai, gaya busana Melindrosa atau Flapper mulai bermunculan. Hingga tahun 2000-an dimana band seperti My Chemical Romance dan Arctic Monkeys juga menggunakan gaya busana New Millenia, Emo, dan juga Indie.
Alhasil, produksi baju meningkat dua kali lipat di tahun 2000-an dan rata-rata masyarakat pembeli baju meningkat hingga 60% di tiap tahunnya. Sedangkan 15 tahun lalu, masyarakat lebih minat untuk menyimpan dan menggunakan pakaian mereka dalam waktu yang lama, sedangkan saat ini masyarakat cenderung membuang baju bekas mereka dan akhirnya menumpuk di pembuangan sampah. Hal itulah yang menjadikan fast fashion sebagai salah satu penyebab dari banyaknya polusi limbah tekstil.
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam pesatnya perkembangan fast fashion adalah dampaknya pada sosial dan lingkungan. Produksi massal sering terjadi di negara-negara Asia seperti Vietnam dan Bangladesh dimana para pekerjanya dibayar dengan upah yang minim dan tanpa jaminan atas pekerjaan mereka. Hal ini akan berujung pada permasalahan sosial yang serius tentang adanya hak buruh dan kesejahteraan pekerja. Disisi lain, limbah yang dihasilkan dari produk fast fashion jelas menjadi dampak buruk pada kerusakan ekosistem. Industri ini juga menggunakan pewarna tekstil yang berbahaya Dimana ketika digunakan dapat menyebabkan risiko kesehatan pada manusia dan dapat mencemari air. Selain itu, kain yang digunakan sebagai bahan baku dari pembuatan baju-baju berasal dari bahan baku fosil yang ketika di cuci akan menghasilkan serat makro sehingga jumlah sampah plastik yang dihasilkan semakin banyak terutama jika dicampur menggunakan air dan pestisida.
Produk fast fashion juga menjadi salah satu penyebab turunnya populasi hewan. Hal tersebut disebabkan mereka juga menggunakan kulit hewan seperti ular dan macan untuk produksi fast fashion. Fakta lainnya, fast fashion memberikan kurang lebih 10% dari total emisi karbon global. Hal ini membuat fast fashion menjadi tantangan serius yang perlu diatasi oleh industri global.
Beberapa langkah perlu diambil untuk mengatasi masalah fast fashion yaitu dengan pergerakan Slow Fashion. Konsep ini menekankan pada perubahan sistem menjadi Circular Fashion System yang berkonsepkan mendaur ulang dan penggunaan bahan ramah lingkungan. Tidak sedikit brand pakaian yang mulai ikut andil dalam pergerakan Slow Fashion dan berkomitmen untuk menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Selain, banyak bermunculan inovasi teknologi untuk diterapkan dalam industry fashion untuk menciptakan bahan baku yang berkualitas dan daur ulang. Hal tersebut menjadi langkah awal yang baik untuk dapat mengurangi dampak dari terjadinya Fast Fashion.
Fast Fashion memang memberikan kita kemudahan terlebih di era digital ini dengan segala kemudahan akses bagi pembeli, tetapi dampak yang dihasilkan pun sangat besar. Oleh karena itu, perubahan dalam mengonsumsi pakaian yang akan kita gunakan pun harus bisa dikendalikan. Maka dari itu dengan kesadaran kita bersama, tidak hanya dengan membentuk fashion yang trendy tetapi juga ramah lingkungan, jika tidak dimulai dari kita siapa lagi?