JURNALPOSMEDIA.COM – Fenomena Fear of Missing Out atau FOMO semakin mengakar dalam masyarakat Indonesia, terutama generasi muda. Dorongan untuk selalu terhubung dan tidak ingin ketinggalan informasi atau momen-momen seru telah menciptakan lingkaran setan yang sulit dilepaskan. Sayangnya, kecanduan media sosial ini justru berdampak buruk bagi kesehatan mental dan kesejahteraan individu.
Salah satu faktor utama yang mendorong maraknya FOMO adalah persaingan sosial yang begitu intensif di dunia maya. Platform media sosial menyajikan kehidupan orang lain yang seolah sempurna, dengan filter dan editan yang membuat semuanya tampak lebih menarik. Perbandingan yang tidak seimbang ini memicu perasaan iri, tidak puas, dan akhirnya memunculkan FOMO. Padahal, setiap individu memiliki perjalanan hidup yang unik dan tidak perlu dibandingkan satu sama lain.
FOMO tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Beberapa dampak negatif yang muncul akibat FOMO antara lain:
Perkembangan teknologi dan algoritma media sosial turut memperparah situasi. Notifikasi yang dirancang untuk membuat pengguna terus terlibat, konten yang dipersonalisasi berdasarkan minat pengguna, serta fitur-fitur baru yang menarik membuat pengguna sulit untuk lepas dari genggaman gadget. Algoritma yang mementingkan engagement juga mendorong pengguna untuk menciptakan konten yang semakin menarik perhatian, sehingga persaingan untuk mendapatkan like dan komentar semakin sengit.
Untuk mengatasi FOMO dan membangun keseimbangan digital, beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
FOMO merupakan tantangan nyata di era digital yang perlu diatasi secara serius. Dengan kesadaran diri, dukungan sosial, dan upaya bersama, kita dapat mengatasi FOMO dan membangun kehidupan yang lebih bahagia dan seimbang. Ingatlah, kebahagiaan sejati terletak pada diri sendiri, bukan pada persetujuan orang lain di dunia maya.