Fri, 28 November 2025

Menggarisbawahi Efektivitas Kebijakan PSBB

Reporter: Intan Riskina Ichsan | Redaktur: Putri Restia Ariani | Dibaca 511 kali

Mon, 13 April 2020
Kota Jakarta menjadi salah satu daerah di Indonesia yang menerapkan PSBB karena virus Corona. (Raga Putra Wiwaha/ Jurnalposmedia)

JURNALPOSMEDIA.COM-Presiden RI, Joko Widodo menetapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai upaya pencegahan meluasnya pandemi virus Corona. Berbagai kegiatan harus dibatasi dalam jangka waktu 14 hari atau nantinya bisa diperpanjang sesuai kebutuhan.

Dilansir dari covid19.go.id, data terbaru per Minggu (12/4/2020) menunjukkan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mencapai angka 3842 positif. Dari jumlah tersebut 286 orang dinyatakan sembuh, sementara 327 orang meninggal dunia. Tentu saja jumlah kasus tersebut terbilang sangat tinggi, mengingat tiap angka yang bertambah menyangkut nyawa berharga manusia.

Ibarat anak tangga, PSBB merupakan pijakan anak tangga terakhir sebelum pemerintah benar-benar siap dan berani sampai ke puncaknya yaitu lockdown. Yang tentunya, hal itu harus dibarengi dengan mempersiapkan ketersediaan kebutuhan rakyatnya.

Efektivitas PSBB mulai dipertanyakan melihat banyak civitas yang was-was dalam memenuhi tanggung jawabnya masing-masing. Ada hal-hal yang patut digarisbawahi terkait pelaksanaan kebijakan tersebut, sebagai berikut.

Pertama, PSBB dirasa seperti setengah hati. Langkah tersebut dilakukan karena metode physical distancing sebelumnya dinilai kurang efektif. Alih-alih melakukan lockdown dengan penjagaan yang ketat oleh pejabat kesehatan dan polisi, pemerintah menetapkan PSBB. Bertumpu dan mengandalkannya tanpa persiapan matang yang lebih lanjut.

Kedua, pemerintah pusat kurang sigap. Aspirasi yang telah ditampung oleh Pemerintah Daerah (Pemda) sulit disampaikan ke pemerintah pusat seolah tidak menerima usulan yang seharusnya bisa dijadikan jembatan untuk mencapai solusi bersama. Lebih buruknya lagi, tanggung jawab digugurkan dengan melimpahkannya ke Pemda.

Ketiga, proses dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes) terbilang lelet. Pengajuan beberapa daerah dari Pemda untuk pelaksanaan PSBB tidak langsung diproses dengan cepat oleh Kemenkes. Tentunya ada banyak hal yang dipertimbangkan, namun jalur koordinasi untuk mendapat izin pun seolah dipersulit. Akibatnya, jangka waktu PSBB per daerahnya tidak merata.

Keempat, hak-hak pekerja harian di ujung tombak. Mereka menyambung hidup dengan penghasilan harian, namun dalam keadaan seperti ini akan sulit untuk sekadar memenuhi kebutuhan ekonomi di rumahnya. Untungnya, dengan rasa solidaritas dan empati yang tinggi, sudah banyak bala bantuan yang datang untuk para pekerja harian.

Terlepas dari semua itu, kita harus mengapresiasi upaya pemerintah untuk menanggulangi pandemi. Pemerintah juga diharap untuk tidak menutup kuping atas kritik dan saran yang disampaikan. Persiapkan segalanya untuk kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. PSBB juga akan benar-benar efektif dengan kontribusi masyarakat yang sadar diri dan taat aturan.

Bagikan :

Rekomendasi

Menilik Indikator Penilaian Skor Ujian serta Masa Aktif Sertifikat Kursus TOEFA dan TOEFL JURNALPOSMEDIA.COM – Sejalan dengan kegiatan persiapan ujian Test of English for Academics (TOEFA) dan Test of English Foreign Language (TOEFL) yang di adakan oleh Language Center (LC) UIN Bandung, terdapat beberapa indikator penilaian skor ujian serta masa aktif sertifikat kursus bagi mahasiswa. Ketua LC UIN Bandung Abdul Kodir turut menjelaskan, berkenaan dengan skor nilai, setiap tahunnya akan ada beberapa perubahan kebijakan. Hal ini dipicu karena adanya cetakan baru buku Pedoman Akademik di setiap tahunnya. “Jadi kita hanya memberikan keterangan bahwa anda skornya sekian. Nanti umpan-umpannya skornya berlaku atau tidak atau misalkan kurang, maka ya, harus ujian lagi dan kalau mau ujian lagi anda gausah dari ulang harus kursus lagi,” ungkapnya kepada Jurnalposmedia, Rabu (27/7/2022). Skor dan Keuntungan yang Didapat Abdul Kodir kembali menjelaskan, mengenai minimal skor yang diraih oleh setiap mahasiswa itu berbeda-beda, hal ini bergantung pada kebijakan Fakultas dan Program Studi Prodi nya masing-masing. Sementara indikator dan standar penilaiannya dinilai dari listening, reading, dan vocabulary. “Untuk vocabulary nya kita itu ingin mahasiswa UIN itu paham dan mengenal vocab-vocab dengan istilah yang dekat dengan keislaman jadi nanti ada kaya English for islamic student jadi nanti ada vocab yang nanti dekat dengan kajian-kajian keislaman,” ungkapnya. Beralih dari tes tersebut, Abdul kembali menuturkan, para mahasiswa yang mengikuti tes dan kursus keterampilan berbahasa nantinya akan mendapatkan keuntungan berupa sertifikat kursus. “Masa aktif sertifikat tes TOEFL dan TOEFA ini hanya dua tahun, jika sudah lebih dari dua tahun maka harus tes lagi agar mendapatkan skor TOEFL yang terbaru dan sertifikatnya aktif. Sedangkan sertifikat kursus keterampilan berbahasa bisa aktif seumur hidup,” jelasnya. Tanggapan Mahasiswa Terkait Tes TOEFL dan TOEFA Kursus bahasa yang berujung dengan ujian TOAFL dan TOEFA, sebagai syarat kelulusan ini banyak mendapatkan apresiasi dari mahasiswa yang semangat untuk mengikuti kursus tersebut. Mahasiswi jurusan Ilmu Al-Qur’an Tafsir (IAT), Destiana Rosyidah sangat mengapresiasi kegiatan ini. Desti juga tidak sungkan mengeluarkan kritik dan sarannya untuk program ini. “Hanya saja sertifikat yang nantinya keluar setelah ujian itu hanya bisa di pakai di kampus saja, tidak bisa di pakai untuk kepentingan di luar kampus, semisal untuk melamar beasiswa atau pekerjaan yang membutuhkan sertifikat serupa,” ungkapnya. Ia juga berharap agar dosen pembimbing kursus mulai memperhatikan kegiatan belajar mengajar (KBM) mahasiswa nya agar mendapatkan hasil maksimal dalam ujiannya. Karena masih banyak dosen pembimbing yang kurang memperhatikan KBM kursusnya. “Tidak semua dosen pembimbing kursus peduli pada mahasiswa kursusnya. Yah
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments