JURNALPOSMEDIA.COM – Abad ke-21 dikenal sebagai abad yang paling maju, dengan kemajuan teknologi yang sangat mutakhir. Karena itu, segala hal terasa lebih mudah. Tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan? Apakah ini menjadi kemajuan bagi manusia, atau justru kebalikannya?
Seperti kita ketahui, saat ini dunia sedang bersaing dalam menciptakan sesuatu yang besar dan bermanfaat. Contoh dasarnya seperti internet. Kecepatan internet sangat penting karena mendukung perubahan sosial dan ekonomi suatu negara. Selain internet, ada kemajuan teknologi lainnya seperti kecerdasan buatan (AI) dalam bentuk website dan aplikasi yang membantu manusia dalam hal mendasar seperti berdiskusi dan lainnya, atau mesin dan robot yang dibuat untuk memudahkan pekerjaan manusia secara langsung
Tidak bisa dipungkiri, hadirnya teknologi membuat kehidupan semakin mudah. Kini, kamera, bank, musik, berbicara via telepon, dan menonton berita bisa diperoleh hanya dengan menyentuh smartphone. Bahkan dengan adanya AI, segala hal terasa lebih mudah. AI bisa membantu menyelesaikan tugas, membuat desain, menggambar, hingga berfungsi sebagai teman berbicara saat tidak ada orang lain yang bisa diajak bicara
Namun di balik semua keuntungan itu, ada hal yang harus kita bayar dan korbankan. Seperti yang dilansir dari BBC News, aktivitas online diproses melalui server komputer besar yang dinamakan pusat data. Saat listrik mengalir ke komputer, suhu di pusat data menjadi panas. Air, terutama air bersih, adalah kunci dari sistem pendingin. Metode yang digunakan beragam, salah satunya dengan menguapkan air hingga 80% ke udara. Tugas AI membutuhkan daya komputasi yang besar, sehingga menghabiskan listrik yang lebih banyak
Berapa air yang digunakan dalam proses pendingin ini? Menurut CEO OpenAI, Sam Altman, satu permintaan ke ChatGPT menghabiskan seperlima belas sendok teh air. Jumlah air yang digunakan bervariasi tergantung jenis permintaan ke AI. Jika dilihat hanya dari satu permintaan, mungkin terdengar sedikit. Namun, menurut survei Kompas.Id, dari 8.700 responden, 27,34% menyatakan sudah menggunakan AI. Ini hanya di Indonesia saja. Jadi apakah kehadiran AI ini akan terus menghabiskan pasokan air bersih layak minum di dunia?
Bagaikan pelita dalam kegelapan, saat ini perusahaan seperti Microsoft, Meta, dan Amazon mengembangkan sistem “lingkaran tertutup” yang memungkinkan air atau cairan lain dikelola secara terus menerus tanpa harus diuapkan atau diganti. Dan beberapa perusahaan lain memilih meningkatkan penggunaan air laut yang tidak bisa diminum manusia. Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut tetap diperlukan waktu yang cukup lama
Sekarang kita beralih ke kemudahan teknologi AI lainnya, yang berbentuk robot. Robot adalah mesin yang bekerja sendiri atau dengan sedikit bantuan manusia, bisa melakukan tugas yang rumit. Biasanya robot dibuat untuk menggantikan pekerjaan manusia sesuai dengan maksud pembuatnya.
Di internet atau media kita sering melihat berita tentang robot yang diciptakan untuk membantu manusia. Kemunculan robot di tengah kehidupan manusia membuat pekerjaan menjadi lebih mudah, seperti di pabrik, restoran, hingga rumah tangga. Semuanya jadi lebih nyaman dan praktis
Namun, masyarakat merasa khawatir, apakah robot akan sepenuhnya menggantikan pekerjaan manusia? Karena beberapa pekerjaan sudah diganti oleh teknologi ini, apakah lapangan kerja akan semakin sempit? Jawabannya bisa iya atau tidak, tergantung sudut pandang kita
Jika iya, itu karena robot bisa menggantikan tugas manusia karena robot tidak merasa lelah dan bekerja sesuai program, dan dirasa penggunaan tenaga robot lebih efisien dibandingkan dengan tenaga manusia
Namun, bisa juga tidak, karena robot tidak bisa menggantikan semua pekerjaan. Mengapa? Karena meskipun AI bisa menyelesaikan banyak tugas, tapi AI tidak bisa menggantikan kualitas kecerdasan manusia yang lebih sempurna
Namun, tidak menutup kemungkinan di puluhan tahun depan, situasi ini bisa berubah. Karena manusia selalu ingin berinovasi, membuat sesuatu yang lebih besar lagi.















