Fri, 13 December 2024

Webinar Jurnaltalk, Bangun Sikap Kritis Masyarakat Lewat Peran Pers dan Pemuda

Reporter: Mega Siti R/Syifa Maulidha A | Redaktur: Putri Restia Ariani | Dibaca 318 kali

Mon, 23 November 2020
peran pers
Webinar Jurnaltalk yang mengusung tema "Peran Pers dan Pemuda dalam Membangun Sikap Kritis Masyarakat" dihadiri oleh Ketua AJI, Abdul Manan dan Founder IDE, Gugun Gumilar, Minggu (22/11/2020).

JURNALPOSMEDIA.COM – Bidang Intelektual dan Sosial Hima Jurnalistik UIN Bandung menyelenggarakan webinar bertajuk “Jurnal Talk” pada Minggu (22/11/2020). Webinar tersebut mengusung tema “Peran Pers dan Pemuda dalam Membangun Sikap Kritis Masyarakat”.

Dua orang pemateri yang dihadirkan dalam acara tersebut yaitu Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Abdul Manan dan pendiri Institute of Democracy and Education (IDE) Indonesia, Gugun Gumilar.

Berbicara mengenai peran pers, Abdul menilai pers memegang peran penting dalam membangun sikap kritis masyarakat. Menurutnya, pers bisa disebut sebagai sebuah ekosistem yang terdiri dari wartawan, media, termasuk sosial dan politik.

“Apa yang dijual oleh media? Yang dijual adalah informasi. Informasi adalah bagian dari yang kita sebut sebagai knowledge. Asupan yang diberikan kepada pikiran kita itu menjadi sekumpulan informasi yang menjadi pengetahuan,” terangnya.

Tugas utama pers, kata Abdul, yakni berusaha menyampaikan kebenaran. Hal itu dilakukan dengan harapan adanya pengetahuan yang didapat publik. Sehingga, pengetahuan tersebut bisa menyadarkan publik serta menjadikannya sebagai dasar dalam bertindak dan bersikap kritis.

Senada dengan Abdul Manan, Gugun Gumilar mengatakan bahwa pers merupakan sebuah ruang kritik pastisipasi anak-anak muda. Menurutnya, budaya critic civic society itu harus dibangun dari political culture (budaya politik). Tujuannya, yakni untuk membangun nilai-nilai seseorang sebagai individu maupun kelompok warga masyarakat.

Gugun pun menyinggung kalau proses demokrasi di Indonesia semakin hari semakin melemah. Menurutnya, keberadaan Hak Asasi Manusia (HAM) membuat sebagian orang ketakutan untuk mengeluarkan pendapat.

Ia mengatakan, negara seharusnya dapat menyediakan ruang diskusi bagi masyarakat, “Jadi ruang diskusi kita itu terbatasi. Ketakutan orang yang bercakap-cakap di media sosial Twitter, Facebook, itu dikarenakan adanya (undang-undang) ITE (red: informasi dan transaksi elektronik), dikit-dikit ITE,” ungkapnya.

Perihal rusaknya demokrasi di sebuah negara, Abdul menilai kalau itu disebabkan oleh banyaknya oligarki dan feodalisme. Menurutnya, keadaan itu juga dapat diperparah oleh politisi dan kaum bisnis man. Oleh karena itu, kritis leadership dan kritis digital literasi sangat penting untuk ditingkatkan di kalangan masyarakat.

“Kalau kita mau berperan mulailah dari panggung yang bisa kita jangkau. Bisa mulai dari kelompok terdekat, memengaruhi kawan-kawan sekitar kita dengan pemikiran-pemikiran yang kritis. Siapkan skill yang memadai dan amunisi yang baik,” pungkasnya.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments