JURNALPOSMEDIA.COM – Diangkat dari kisah nyata, Spotlight adalah film biografi arahan Tom McCarthy yang menceritakan tentang para jurnalis yang bekerja di The Boston Globe. Mereka mengungkap kebenaran akan kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh Pastor (pemimpin agama lingkungan gereja) di kota Boston.
Bermula dari datangnya pemimpin redaksi baru, Marty Baron yang berupaya meningkatkan kualitas korannya untuk para pembaca. Baron tertarik akan kolom Ellen McNamara yang mengungkap peristiwa John Geoghan, yaitu pastor yang melakukan pencabulan terhadap anak-anak di enam paroki berbeda selama 30 tahun terakhir.
Baron ingin mengajukan mosi ke pengadilan agar dokumen kasus Geoghan dibuka untuk umum. Ia memberikan kasus itu kepada tim spesialis investigasi yaitu Spotlight.
Spotlight mulai telusuri kasus
Beranggotakan 4 orang, 3 anggota dan 1 editor, mereka mulai menginvestigasi kasus ini dengan mendatangi Garabedian. Pengacara korban pencabulan Geoghan yang berkata bahwa ia memiliki dokumen yang bisa membuktikan jika Kardinal Law (pemimpin gerejawi senior) sudah mengetahui permasalahan ini sejak 15 tahun yang lalu dan membiarkannya begitu saja.
Selain Garabedian, mereka pun menemui Eric Macleish, pengacara Pastor Porter yang memiliki kasus serupa yakni mencabuli lusinan anak kecil di Fall River 10 tahun silam. Tim spotlight diwajibkan untuk merahasiakan seluruh kasus yang sedang dikerjakannya terhadap siapapun.
Macleish berkata bahwa seluruh kliennya yang menuntut Pastor Porter tidak pernah mengajukan gugatan ke pengadilan. Kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan oleh pihak gereja dengan syarat pihak keluarga harus merahasiakan kejadian tersebut.
Setelah diselidiki lebih lanjut, tim spotlight menemukan pastor-pastor lain yang melakukan aksi serupa. Mereka memiliki pola yang serupa yakni memilih target dengan latar belakang keluarga yang miskin, anak yatim, orang tua bercerai dan memiliki watak pendiam.
Para pastor itu memilih korbannya bukan karna menyukainya melainkan karna situasinya, baik itu perempuan maupun laki-laki. Adapun Phil Saviano, anggota organisasi korban selamat pelecehan oleh pastor yang termasuk ke dalam kelompok SNAP (Survivors Network of those Abused by Pastor) mengatakan bahwa kasus ini terjadi tidak hanya di kota Boston melainkan di seluruh dunia. Ia pun berkata setidaknya ada 13 pastor yang mencabuli anak kecil hanya di Kota Boston saja.
Kebenaran pun terungkap
Memastikan apa yang diucap oleh Phil benar, tim spotlight mewawancarai seluruh anggota SNAP dan pastor yang disebut olehnya. Menurut informan baru, seorang ahli psikiatris yang menangani pastor-pastor bermasalah bernama Sipe telah melakukan penelitian selama 30 tahun terkait dengan fenomena pencabulan yang dilakukan oleh mereka.
Berdasarkan temuannya, terdapat enam persen dari total pastor di Boston yang melakukan pelecehan seksual yang jika dihitung maka sekitar 90 pastor terlibat di dalamnya. Ia pun menambahkan bahwa ciri-ciri pastor yang terlibat adalah mereka sering dibebastugaskan atau cuti sakit atau sering dipindahtugaskan dalam kurun waktu tertentu.
Bersumber dari arsip buku tahunan gereja, tim itu mulai menelusuri pastor-pastor yang dalam catatan tugasnya terdapat ciri-ciri tersebut. Benar saja, hanya selisih 3 angka dari hasil penelitan Sipe. Mereka mendapati 87 nama pastor yang dalam catatan tugasnya mengarah pada dugaan tersebut.
Sepanjang tahun 2002, The Boston Globe mempublikasikan hampir 600 kisah mengenai skandal ini. Terhitung ada 249 pastor dan biarawan yang didakwa di depan umum atas pelecehan seksual di Keuskupan Boston. Jumlah korban selamat diperkirakan ada 1.000 orang di kota itu. Lalu pada akhir tahun 2002, Kardinal Law menyatakan pengunduran dirinya dari Keuskupan Boston. Sangat miris ketika skandal ini terjadi di 203 tempat yang tersebar di seluruh dunia.
Atas kerja kerasnya yang luar biasa, tim Spotlight pun diberi penghargaan Pulitzer. Pulitzer sendiri adalah penghargaan yang dianggap tertinggi dalam bidang jurnalisme cetak di Amerika Serikat. Penghargaan diberikan dalam kategori-kategori yang berhubungan dengan jurnalisme, kesenian dan surat-surat. Hanya laporan yang diterbitkan dan foto-foto hasil karya surat kabar atau organisasi berita harian yang berbasis di Amerika Serikat saja yang berhak menerima penghargaan jurnalisme ini.
Pelajaran yang dapat diambil
Banyak sekali pelajaran yang dapat kita peroleh dari film ini, khususnya untuk para jurnalis. Seperti saat tim Spotlight yang selalu memverifikasi segala bentuk informasi yang didapatkan. Mereka tidak gegabah untuk sesegera mungkin mempublikasikan skandal tersebut dan masih tetap melakukan cek and recheck terhadap para korban dan saksi. Hingga akhirnya merampungkan investigasi dan mengungkap kasus dengan meliput 70 pastor.
Meski sempat terjadi perbedaan pendapat antara anggota tim perihal waktu penerbitan berita, mereka masih tetap berusaha memastikan ulang terkait keabsahan kasus itu. Film ini pun mengingatkan kita akan stereotip jurnalis yang identik dengan pena dan memo. Semua wartawan dalam film ini selalu dengan seksama mencatat setiap informasi yang didapatkannya dari narasumber.
Seberapapun sulitnya mengejar narasumber, tim Spotlight selalu berusaha demi mendapatkan fakta yang diperlukan. Para wartawan di film ini mengajarkan kita untuk menjadi jurnalis yang independen. Tidak peduli siapapun yang berusaha mempengaruhi, namun fakta tetap fakta. Kebenaran harus tetap diungkapkan kepada publik dan itu merupakan tanggung jawab jurnalis untuk menyampaikan apa yang tidak dapat dijangkau oleh masyarakat.