Wed, 11 December 2024

PPKM Darurat Bikin Rakyat Melarat

Reporter: Rais Maulana Ihsan | Redaktur: Suryadi | Dibaca 225 kali

Thu, 22 July 2021

JURNALPOSMEDIA.COM – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sudah diperpanjang oleh Presiden Joko Widodo hingga 25 Juli 2021.

Hal itu diakibatkan karena tidak ada dampak yang signifikan setelah PPKM Darurat diberlakukan sejak 3 Juli 2021 lalu. Kasus kematian masih melonjak di atas 1.000 orang, rumah sakit masih padat dengan pasien Covid-19 bahkan bertambah.

Sampai artikel ini dibuat, melansir dari situs covid-19.go.id per Rabu (22/7/2021), angka kasus positif Covid-19 tembus 91.751, dengan jumlah kematian 4.459, dan orang yang sembuh menjadi 50.225 secara keseluruhan.

Kabarnya pemberlakuan PPKM darurat ini sebagai solusi menurunkan kasus menjadi 10.000 per hari.

Vaksinasi yang ditargetkan pemerintah yaitu 180 juta lebih hingga 10 Juli 2021, namun hanya baru tercapai sekitar 40 juta orang yang telah divasksin.

Vaksin sendiri dilakukan untuk membentuk herd immunity atau sistem kekebalan tubuh yang mampu menangkal virus. Alih-alih menginginkan kasus menurun, namun nyatanya kasus positif Covid-19 masih saja tinggi.

Cerita Pedagang Kecil Kena Imbas PPKM Darurat

Lantas apakah yang diupayakan pemerintah adalah hal yang tepat? Atau malah masyarkatnya yang ‘ngeyel’ yang kurang sadar akan protokol kesehatan? Atau malah pejabat negaranya yang tidak konsisten dengan kebijakan yang telah mereka buat? Jawabannya ada pada penilaian masing-masing.

Banyak hal yang disoroti selama PPKM Darurat ini, salah satunya adalah tindakan oknum aparat yang semena-mena terhadap pedagang kecil di beberapa daerah.

Pertama yaitu pengakuan tukang bubur yang didenda 5 juta karena terjaring operasi yustisi, padahal baru saja terjual beberapa mangkok pada Kamis (6/7/2021) di Tasikmalaya.

Aparat dan pemerintah setempat mengklaim sudah memperingati para pedagang tersebut agar tidak berjualan. Namun, apa daya ketika hukum berbicara, semuanya buta akan kemanusiaan.

Pasal-pasal yang sudah berbunyi bak menjadi meteor menghujam bumi ketika disampaikan kepada terdakwa yang mungkin saja tak tahu menahu isi pasal itu.

Jika memang pedagang dilarang untuk berjualan di pinggir jalan, itu adalah tindakan tegas. Tindakan tegas sangatlah di butuhkan. Kilas balik sedikit, bagaimana ketika booming makanan ‘BTS Meal’ yang sangat membuat kerumunan.

Perlu diketahui karena kasus membuat kerumunan tersebut ‘si penjual’ di Bandung juga didenda sama seperti tukang bubur di Tasikmalaya. ‘Si penjual’ tersebut didenda 500 ribu karena membuat kerumunan, adapun beberapa di antaranya yang harus berhenti operasi selama 14 hari.

Jika gerai penjual BTS Meal itu didenda 500 ribu di Kota Bandung, apakah itu artinya bubur ayam lebih mewah daripada makanan itu.

Bayangkan 4 mangkok bubur ayam harganya 5 juta, sembari dagangannya sepi yang berarti tidak membuat kerumunan. Ya, walaupun akhirnya tukang bubur tersebut menerima bantuan dari seorang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang baik hati.

Sekali lagi kemanusiaan seolah-olah dibutakan oleh kebijakan yang berat sebelah. Presiden Jokowi sudah menegaskan berkali-kali jika penertiban dilakukan secara tegas namun santun. Tetapi pada kenyataannya, aparat yang bertugas ada yang melakukan tindak kekerasan.

Seperti kekerasan yang terjadi di Gowa, pada Rabu (14/7/2021) yang terlihat seorang petugas memukul istri dari seorang pedagang makanan dengan tujuan menegakkan PPKM Mikro.

Ketegasannya adalah hal yang benar, namun kekerasan tidak bisa dibenarkan. Karena itu tindakan-tindakan represif seperti itu justru bakal kontraproduktif (merugikan) dalam mendisiplinkan, sebab justru bisa menyulut amarah rakyat.

Belum lagi jika membicarakan pedagang kecil lainnya, lalu para ojek online (Ojol) yang menggantungkan hidupnya dengan tidak Work From Home (WFH). Mereka terkena imbasnya ketika PPKM Darurat ini, mereka sangat terpukul karena tak tahu nasib selanjutnya bersama anak istrinya.

Sebetulnya, cara untuk mengakhiri semua ini adalah saling kepedulian antar umat manusia. Janganlah bersikap egosentris, di luar sana masih banyak yang lebih melarat. Menimbun sesuatu yang sangat dibutuhkan seperti oksigen, dan obat-obatan adalah tindakan biadab, apalagi dijual dengan harga yang sangat tinggi.

Jangan selalu menyindir dan menyalahkan orang lain, walaupun anda sebagai netizen yang budiman memperketat protokol kesehatan secara mandiri, anda masih membutuhkan orang lain.

Tidak mungkin makanan-makanan yang anda pesan datang sendiri, pasti ada orang yang berjuang di luar sana mengantar pesanan anda.

Para pedangan tetap berjualan bukan berarti mereka tidak ingin mematuhi protokol kesehatan. Namun mau bagaimana lagi, kelangsungan hidup mereka berasal dari sana.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments