JURNALPOSMEDIA.COM – Pernikahan usia dini bukan lagi sebuah hal yang jarang ditemukan di Indonesia. Pada 2018, tercatat pernikahan usia dini di Indonesia mencapai 15,66%, angka tersebut naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 14,18%. Hal itu tentu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah yang kini tengah berusaha untuk memperbaiki Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Guna mencegah mahasiswa dari pernikahan dini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) melalui programnya yang dinamakan Pusat Informasi & Konseling Mahasiswa (PIKMA) berusaha untuk mengedukasi mahasiswa dengan memberikan bimbingan terkait perencanaan berkeluarga.
Pembina PIKMA UIN Bandung, Novi Hidayati Asari menuturkan, bukan hanya memberikan bimbingan terkait perencanaan berkeluarga. Tetapi, turut mengadakan program-program positif. Adapun, program tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan sosial dikalangan mahasiswa seperti pergaulan bebas, seks bebas, penyalahgunaan narkotika, serta untuk menekan angka pernikahan usia dini.
“Jadi PIKMA itu tidak kaku, yang hanya menyebarkan informasi. Apapun acara yang positif, itu adalah kegiatan dari kami seperti pelatihan dan penyuluhan, seminar, perlombaan, dan lainnya. Jadi kalau mereka berkegiatan, mungkin mereka akan teralihkan dari keinginan menikah,” terangnya ketika ditemui Jurnalposmedia di Gedung Laboratorium Fakultas Dakwah dan Komunikasi, pada Kamis (5/3/2020).
Novi berharap dengan adanya PIKMA, mahasiswa mampu melewati beberapa tahapan transisi remaja sebelum memikirkan pernikahan dan membawa pengaruh positif terhadap mahasiswa.
“Harapannya, mahasiswa jauh lebih terencana, selaras dengan rebranding dari BKKBN ‘berencana itu keren’, jadi mudah-mudahan mahasiswa di UIN juga memiliki perencanaan yang baik. Transisi remaja itu pertama berpendidikan, minimal mereka melanjutkan pendidikan sampai kuliah, kemudian yang keduanya mereka bisa dapat pekerjaan yang baik, lalu barulah mereka berpikir untuk merencanakan pernikahan,” tutupnya.