JURNALPOSMEDIA.COM– Selalu ada yang dicari di Kota Bandung, panoramanya yang indah membuat siapapun ingin berlama-lama di bumi pasundan ini. Setiap sudut kotanya menyimpan kesan tak terlupakan bagi orang-orang yang mengunjunginya.
Pasar Antik Cikapundung adalah salah satunya. ‘Surga’ nya para pecinta barang antik ini terletak di lantai 3 Pasar Cikapundung Electric Center, Braga, Sumur Bandung.
Ada sekitar 120 toko yang menjual berbagai barang bernilai historis. Mulai dari mesin tik, barang bernuansa retro, hingga hiasan dinding tersedia disini. Harga yang ditawarkan pun bervariasi, berkisar dari Rp 50 ribu-an untuk setiap itemnya.
Menelusuri koridor Pasar Antik tersebut, Jurnalposmedia bertemu dengan salah satu pemilik toko, Sakur. Ia menjelaskan Pasar Antik berdiri sekitar tahun 2013, dan diresmikan langsung oleh Ridwan kamil yang saat itu menjabat Wali Kota Bandung.
Mantan pengurus Pasar Antik ini juga menuturkan bahwa dirinya telah bergabung sejak 2014. Berawal dari sebuah komunitas yang dipelopori Yanto, ia menghimpun para seniman dan pedagang barang antik dari beberapa daerah untuk bersama-sama membangun bisnis barang antik di Pasar Cikapundung.
Selama 3 bulan pertama, perekrutan anggota komunitas dilakukan secara gratis. Hal ini bertujuan untuk menghimpun anggota terlebih dahulu sebelum menjalankan bisnis.
“Lalu, ada yang berguguran di tengah jalan, dan ada juga yang bertahan hingga saat ini,” ungkap Sakur, Senin, (14/9/2020).
Adapun, barang-barang antik yang tersedia didapatkan dari berbagai sumber. Seperti hasil dari transaksi antar pedagang, pemburu barang antik, atau kerja sama dengan orang-orang pencari barang bekas. Selain dari Kota Bandung, barang antik juga diperoleh dari pencarian ke berbagai daerah, seperti Tasikmalaya, Jawa, hingga luar negeri.
Lalu, sistem penerimaan barang dilakukan dengan cara barter, dan jual beli. Sakur melanjutkan, para pedagang berasal dari latar belakang yang bervariatif.
“Ada yang seorang dosen, bahkan ustadz, tapi (tetap) dalam hobi yang sama,” lanjutnya.
Pembeli yang datang ke Pasar Antik pun berasal dari berbagai kalangan. Diantaranya, seorang kolektor, pengelola kafe yang membutuhkan interior estetik. Lalu, para pelaku pembuat film berlatar suasana tempo dulu seperti film Dilan, juga mendapat barang antik dari Pasar ini.
Kini, sistem pembelian pun menyesuaikan perkembangan jaman dengan menawarkannya secara online. Terlebih saat wabah pandemi Covid-19, ruko-ruko terpaksa tutup sementara. Sehingga penawaran secara daring lebih gencar dilakukan.
Disamping itu semua, Sakur berharap Pasar tersebut bisa menjadi tempat wisata. Pasalnya, pengunjung yang datang tidak dikenakan biaya, berbeda halnya dengan tempat wisata lain.
“Tempat-tempat disini bisa mewakili benda dari museum, karena (berusia) tua dan memiliki nilai sejarah,” ungkapnya.
Ia juga berharap Pasar Antik dapat menjadi salah satu ikon penting di Kota Bandung.
“Mudah-mudahan Pasar Antik Cikapundung ini dapat lebih maju, dan menjadi salah satu ikon Bandung, Jawa Barat,” pungkasnya.