Siang itu selepas azan dzuhur, Cimahi Selatan disengat cahaya matahari yang terik. Aktivitas warga kota terlihat seperti biasa. Deru mesin angkutan kota beradu dengan suara klakson para pengguna jalan. Terminal Cimindi tampak sepi, hanya beberapa ada beberapa orang duduk di halte menunggu angkutan kota.
Beberapa ratus meter dari terminal tersebut terpampang gapura besar berkelir merah. Beberapa waktu lalu, gapura ini berhasil menyabet peringkat ke-18 dari 1.793 kontestan lomba Festival Gapura yang diselenggarakan Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg).
Gapura ini merupakan pintu masuk ke dalam Kampung Mural yang terletak di Gang Haji Kodir, Kelurahan Cibeureum, Cimahi Selatan, Kota Cimahi. Ketika masuk ke dalam gang, seni mural buatan pemuda kampung menyambut siapapun yang melewatinya.
Dikenal sebagai kampung yang dulunya urakan, namun kini warga kampung berhasil mengubah stigma. Adalah Ivan Effendi dan Zen Maeludin sebagai inisiator yang mengubah kampung menjadi lebih berwarna.
“Tadinya pemuda disini kurang terorganisir, masih terdampak premanisme dan sebagainya. Maka dari itu, saya tergerak untuk mengubah kampung ini menjadi lebih baik,” Kata Ivan saat diwawancarai, Rabu (18/9/2019).
Ivan yang juga hobi menggambar tergerak untuk menciptakan perubahan yang berdampak pada stigma kampungnya. Bermodalkan peralatan seadanya Ivan mulai menggambar seni mural
“Awalnya masyarakat kaget, lama – lama mereka terbiasa dengan seni mural, mereka suka dan mulai berfikir bahwa ini kegiatan positif,” ujar Ivan
Ivan juga terinspirasi dari salah satu tempat wisata di Setiabudi. Ia mengatakan bahwa akses ke Setiabudi lumayan jauh dan itu pun harus membayar hanya untuk swafoto.
“Ide awalnya saya berfikiran kenapa harus jauh – jauh ke Setiabudi jika disini mampu dan lebih murah untuk ber-swafoto,” ungkapnya.
Seni mural paling pertama adalah gambar dinosaurus berwarna hijau yang diberi sedikit teknik tiga dimensi. Lalu ada gambar bertemakan superhero dan gambar Ikan Hiu. Setelah tiga gambar ini masyarakat mulai merespon positif hingga akhirnya kini ada total 25 gambar seni mural.
Sebagai inisiator, Ivan tidak serta merta melahap ilmunya sendiri. Ia membagikannya kepada generasi penerus sekaligus pemuda kampung lainnya. Bersama Zen Maeludin, Ivan mengorganisir para pemuda kampung dan mengajak mereka untuk meninggalkan kegiatan negatif. Hal ini membuahkan hasil, para pemuda mulai mengikuti kegiatan – kegiatan yang diinisiasi Ivan dan Zen.
Selain untuk mengubah ‘wajah’ kampung, seni mural juga sebagai bahan edukasi anak – anak sekolah
“Kemarin juga ada anak – anak sekolah yang melakukan kunjungan kesini, selain untuk ber-swafoto mereka juga memenuhi tugas sekolahnya,” kata Zen yang merupakan ketua Rukun Tetangga (RT) di Kampung Mural.
Zen juga berpendapat bahwa hal ini merupakan salah satu upaya merangkul pemuda – pemuda yang awalnya ‘blok – blokan’ untu kembali bersatu. Dengan media seni mural, Ivan dan Zen mulai melunturkan budaya – budaya negatif.
Kampung Mural menjadi inspirasi kampung lainnya. Sebagai contoh, gang yang berada tepat di sebelah Terminal Cimindi, terpampang besar karya seni mural yang juga dikerjakan oleh pemuda setempat.
Karya Ivan dan Zen memang membawa perubahan, Namun mereka berharap pemerintah setempat lebih memperhatikan dan memberi wadah untuk mereka terus berkarya
“Tolonglah kami dibimbing dan diwadahi, supaya anak – anak tidak terus meminta dan bisa terus berkarya,” Tutup Zen.