JURNALPOSMEDIA.COM- Generasi Baru Indonesia (GenBI) Komisariat UIN Bandung gelar talkshow dan workshop Bahas Tuntas Hidroponik (BATIK) dengan tema “Hidroponik Solusi Ketahanan Pangan, Pemuda Jawaban Masa Depan” pada Minggu, (20/12/20).
Acara tersebut digelar secara luring di Masjid Al-Mu’minuun Griya Utama Rancaekek, Kabupaten Bandung. Juga disiarkan langsung melalui media telekonferensi Zoom dan kanal Youtube GenBI UIN Bandung. Diikuti oleh 300 pendaftar, workshop BATIK berupaya mengedukasi pemuda terkait penanaman hidroponik. Tujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui hidroponik serta mempertahankan ketahanan pangan secara nasional pun tidak luput dari alasan acara tersebut digelar.
Setelah diawali dengan lantunan ayat suci Al-Quran, acara kemudian dibuka langsung oleh pembina Green Mosque Hidroponik, Rohmanur Aziz. Ia mengingatkan bahwa masjid seyogyanya tidak hanya dijadikan tempat ibadah semata, namun juga perlu dieksplor untuk kesejahteraan masyarakat, “(Masjid) bukan hanya dimakmurkan dengan ibadah saja, tapi bagaimana (masjid) Al-Mu’minuun memberi kemakmuran bagi masyarakat. Dengan harapan bisa mengeksplor kebutuhan dan potensi masyarakat. Sehingga masyarakat memiliki pikiran yang visioner dan akhirnya memberikan dampak khusus bagi diri dan masyarakat luas. (Lalu) mendorong masyarakat agar berubah nasibnya,” jelasnya.
Head Of Develeopment Division KPw Bank Indonesia Jawa Barat, Gentur Wibisono juga turut mengapresiasi terlaksananya BATIK yang dinilainya inovatif, “Bukti Generasi Baru yang difasilitasi Bank Indonesia telah melahirkan mental futuristik inovatif dan memiliki jiwa kepemimpinan. GenBI diciptakan untuk memberi inovasi bagi masyarakat,” ucapnya.
Ada dua narasumber kunci yang dihadirkan, yakni Asep Roni (Supervisor CV. Soebi Agrikultura Indonesia) serta Ari Mahardika (Ketua Green Mosque Hidroponik). Menurut Asep, apabila ingin memulai menanam secara hidroponik maka harus ada keinginan yang kuat. Selebihnya, terangnya, jika kesulitan dalam merawat tanaman, lebih baik gunakan pupuk dan vitamin yang bisa dijumpai di toko tanaman. Ia juga menyarankan para petani hidroponik pemula untuk menanam tanaman yang lebih mudah.
“Kalau untuk pemula lebih baik menggunakan metode vertical garden yang tidak memakai banyak tempat. Lebih baik menanam tanaman yang usia panennya lebih muda, seperti kangkung dan selada. Gunakanlah vitamin atau pupuk yang sudah dijual (hasil) produksi pabrik,” ucapnya. Untuk memasarkan hasil tani, lanjutnya, bermitra dengan para pengusaha di bidang hidroponik disebutnya lebih baik, agar harga yang didapat sesuai dengan usaha yang dikeluarkan.
Ari Mahardika sebagai pengisi workshop turut membagikan kisahnya merintis hidroponik. Berawal dari keresahan atas stigma negatif dari masyarakat, ia akhirnya berani unjuk gigi lewat hidroponik, “Awalnya dari keresahan, (karena) stigma masyarakat yang menganggap pemuda hanya hadir ketika acara besar dan hanya untuk hura-hura,” ungkapnya.
Meski di tengah perjalanan menemui berbagai kegagalan, namun upayanya kini berbuah manis dengan hasil tanaman hidroponik yang dapat dinikmati masyarakat secara luas. Bahkan, ia menyebut inovasi ini berdaya guna bagi wadah pengembangan potensi masyarakat. Setelah talkshow ditutup, acara dilanjut dengan pemindahan hasil semai bibit yang ditanam pada kamis, (10/12/2020) ke media tanam yakni pipa yang dialiri air.