JURNALPOSMEDIA.COM- Di zaman sekarang ini, mi instan mungkin menjadi makanan favorit dan praktis bagi sebagian besar masyarakat Indonesia terutama mahasiswa . Namun, tahukah kamu bahaya yang dapat mengintai jika terlalu sering mengonsumsi mi instan?
Mi instan merupakan makanan yang telah diproses atau makanan olahan, bukan makanan yang telah jadi lalu bisa dipanaskan kembali. Makanan olahan berarti makanan yang telah diubah dari bentuk yang asli hingga menjadi bentuk yang baru.
Proses yang dapat dilakukan dengan makanan olahan ialah pendinginan, pemasakan, pemanasan serta pengeringan. Hal ini lah yang dapat membahayakan kesehatan dari mengonsumsi mi instan.
Dilansir dari halodoc.com, berikut adalah beberapa bahaya akibat terlalu sering mengonsumsi mi instan.
- Diabetes
Mi instan yang terbuat dari maida atau tepung terigu yang telah mengalami proses penggilingan, penghalusan dan pemutihan. Maida yang terkandung pada mi instan merupakan bahan tambahan yang tidak memiliki kandungan nutrisi apa pun. Selain itu, maida juga memiliki kandungan gula tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar gula darah pada tubuh.
Ketika mengonsumsi maida, pankreas akan melepaskan insulin dengan segera mencernanya. Kondisi ini dapat memicu pembengkakan hingga berpotensi terkena penyakit diabetes.
- Meningkatkan resiko penyakit liver
Mi instan dibuat melalui pengolahan yang panjang, dapat mengandung bahan pengawet dan zat aditif. Jika dikonsumsi terlalu banyak maka akan menekan kerja organ hati karena terlalu sulit untuk diuraikan. Apabila dibiarkan organ hati bisa kewalahan hingga menimbun lemak berlebih dalam selnya sendiri yang dapat menimbulkan kerusakan pada liver.
- Obesitas
Terlalu banyak mengonsumsi mi instan juga dapat menyebabkan obesitas. Satu bungkus mi instan rata-rata mengandung 14 gram lemak jenuh. Sehingga angka ini telah memakan sekitar 40 persen dari kebutuhan harian. Selain itu, mi instan juga memiliki kalori yang tinggi. Meskipun mengenyangkan, nilai gizi yang masuk ke dalam tubuh hanya sedikit dan tidak sebanding dengan kalorinya.
- Menimbulkan gangguan pencernaan
Saat proses pengawetannya, mi instan diberi zat bernama tertiary-butyl hydrquinone (TBHK) yaitu zat pengawet berbahan dasar minyak dan mengandung pestisida. Tubuh memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencerna pengawet tersebut bahkan setelah dua jam, perut belum mampu mengurai TBHQ sehingga dapat menganggu pencernaan. Akibatnya, perut akan sulit untuk menyerap nutrisi dari makanan lain.
- Sindrom metabolik
Sebuah penelitian dari Korea Selatan menunjukan bahwa peningkatan mengonsumsi mi instan berkaitan erat dengan sindrom metabolik. Penelitian ini dilakukan terhadap 3000 mahasiswa berusia 18-19 tahun. Hasilnya, terlihat bahwa mahasiswa yang makan mi instan sebanyak tiga kali dalam seminggu memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang hanya makan mi instan sekali dalam sebulan. Sindrom metabolik ini kemungkinan terjadi karena tingginya kandungan sodium dan lemak jenuh yang tidak sehat pada mie intstan.