JURNALPOSMEDIA.COM-Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung meraih akreditasi A. Hasil tersebut diputuskan oleh Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT), Selasa (23/07/2019).
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Darajat Wibawa mengatakan, persiapan akreditasi untuk jurusan Ilmu Komunikasi sendiri dimulai lebih dari setahun lalu. Kemudian selanjutnya melakukan banding atau periksa ulang oleh asesor yang berbeda.
“Mengirim banding dua bulan setengah. Karena ketentuan dari mereka boleh melakukan banding jika nilai yang keluar dirasa kurang dengan waktu yang diberikan 6 bulan dari nilai yang pertama keluar. Nilai yang pertama keluar itu bulan Desember tahun lalu,” katanya saat ditemui Jurnalposmedia Kamis, (24/07/2019) di ruangan jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung.
Darajat menjelaskan, bahwa informasi mengenai akreditasi dapat diakses di Sapto, sistem yang diselenggrakan BAN-PT untuk proses akreditasi perguruan tinggi secara online. Ia melanjutkan bahwa setiap universitas memiliki satu akun (Sapto) dibawah Dikti. Di UIN Bandung sendiri yang dapat mengakses hanya Lembaga Penjaminan Mutu (LPM).
“Mereka lah yang memiliki akses ke sana. Sehingga informasi yang kita dapatkan pula melalui mereka, karena kita tidak bisa mengakses. Namun ketika mengajukan banding, kita tidak melalui LPM melainkan melalui dokumen fisik yang langsung dikirimkan tetapi nilainya tetap masuk kepada Sapto,” jelasnya.
Ia juga memaparkan bahwa terdapat poin-poin penilaian sebanyak 7 standar. Di antaranya visi misi, jaminan tua, tata pamong. Kemudian ada kemahasiswaan, pendidikan, sarana dan prasarana, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Darajat mengungkapkan bahwa dari standar tersebut, yang paling penting adalah dari kemahasiswaan. Dengan jangka waktu berlakunya akreditasi selama 5 tahun, periode berikutnya standar yang diberlakukan bertambah menjadi 9 poin penilaian.
Ia pun menekankan bahwa cara untuk memertahankan akreditasi ini salah satunya adalah tergantung dari output dari karya mahasiswa dan dosen seperti buku maupun jurnal, aktivitas mahasiswa, prestasi dan lain lain. Selain itu, elemen lain yang berperan untuk memertahankan akreditasi ini menurutnya adalah LPM, Dekan Fakultas dan jurusan.
Darajat juga menerangkan bahwa kedua bidang yang ada di Ilmu Komunikasi UIN Bandung yakni Jurnalistik dan Humas juga ikut ke dalamnya sehingga memiliki akreditasi A.
“Yang diakui oleh Pendidikan Tinggi (Dikti) itu ilmu komunikasinya, bukan jurnalistik maupun humasnya. Karena ilmu komunikasinya terakreditasi A, otomatis ilmu jurnalistik dan humasnya juga A,” paparnya.
Menurutnya juga, perjalanan untuk mendapatkan akreditas ini dikatakan cukup berat. Pasalnya jurusan Ilmu Komunikasi UIN bandung disejajarkan dengan jurusan lain yang berada di bawah naungan Dikti. Sedangkan UIN Bandung sendiri berada dibawah Kementerian Agama karena jurusan Ilmu Komunikasi dikategorikan sebagai jurusan umum.
Ia juga mengatakan bahwa saat ini, perlu dilakukan kejelian dalam mengelola dokumen yang nantinya akan berguna sebagai salah satu penilaian akreditasi
“Prinsipnya semua dokumen sekecil apapun harus disimpan atau didokumentasikan seperti foto kegiatan mahasiswa, daftar hadir, laporan mahasiswa dan lain-lain. Kita harus jeli sekali disitu,” ujarnya.
Ia berharap bahwa dengan diraihnya akreditasi A pada jurusan Ilmu Komunikasi, seluruh elemen terkait harus ikut andil dalam mempertahankannya. Karena menurutnya, sebuah lembaga tidak bisa berjalan sendiri melainkan harus dilakukan secara sistematik dan bukan secara parsial.
Darajat mengukuhkan bahwa saat ini keenam jurusan yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi sudah terakreditasi A termasuk ilmu komunikasi
Sementara itu, Ketua Program Studi (Prodi) Jurnalistik, Encel Dul Wahab berpesan khususnya kepada seluruh mahasiswa Jurnalistik agar semakin kreatif dan inovatif.Gedung
“Lebih kreatif, lebih inovatif, lebih berani untuk mengambil keputusan dengan dilihat dari prestasi seperti dari karya dan prestasi yang dihasilkan oleh para mahasiswa,” pungkasnya.