Wed, 9 October 2024

Fasisme Italia dan Tembang Bella Ciao

Reporter: Cikal Bintang/ Kontributor | Redaktur: Putri Restia Ariani | Dibaca 382 kali

Mon, 13 April 2020
Sumber: Etonnante Epoque

Questa mattina mi sono alzato

O bella ciao, bella ciao, bella ciao, ciao, ciao

JURNALPOSMEDIA.COM-Lirik ikonik di atas mengingatkan kita pada tokoh Berlin dan Profesor di serial Money Heist (LACASADEPAPEL), Netflix. Berlin dan Profesor melantunkan lagu berjudul Bella Ciao sebelum melakukan misi yang besar.

Jika ditelaah, lirik pada lagu yang artinya “selamat tinggal, cantik” ini merupakan simbol perlawanan bangsa Italia atas kekejian fasisme. Di bawah tangan besi Benito Mussolini, mereka tak segan menghancurkan lawan politiknya dengan berkelahi, merusuh dan membunuh.

Setelah Italia gagal mendapat pembagian di wilayah utara, hal ini membuat hutang negara di Italia bertumpuk dan memicu kemiskinan. Pada 23 Maret 1919, Benito Mussolini mendirikan Fasci di Combattimento atau Partai Fasis. “Kita adalah manusia-manusia yang mendorong negara ke kancah peperangan dan meraih kemenangan,” teriak Mussolini.

Sepak terjang Mussolini dianggap kembali memperbaiki ekonomi bangsa Italia, kemudian Mussolini mendapat gelar kehormatan Il Duce atau sang pemimpin oleh rakyatnya. Dikutip dari Historia.id, padahal William Ebstein menyebutkan, Mussolini memerintah secara totaliter, nasionalis chauvinistik, rasialis, militeris dan imperialis.

Di bawah kepemimpinannya, Italia menjadi negara yang membungkam pendapat. Sepanjang 1922-1945 Italia dikoyak fasisme, kelompok perlawanan bermunculan. Mereka menamakan diri: Partisan atau dalam tutur Italia disebut Partigiano.

Bella Ciao sendiri menggambarkan pemuda gagah berani yang meninggalkan kekasihnya demi melawan fasisme. “Dan jika Aku mati sebagai partisan, kau harus menguburku di gunung. Di bawah bayangan bunga-bunga yang cantik.” arti dalam beberapa bait liriknya.

Simbol perlawanan satu abad lalu masih abadi, api menyala-nyala setiap lagu dilantunkan. Di Santiago, Chille lagu Bella Ciao menjadi simbol perlawanan pada neoliberalisme. Diiringi akordeon, biola dan seruling, lagu ini membuat Santiago memanas. Tidak hanya di Amerika Latin, lagu ini juga turut mengiringi demonstran Anti-Brexit di Inggris dan pendukung kemerdekaan Catalonia atas Spanyol.

Banyak literatur yang mengatakan asal muasal lagu ini masih simpang siur. Namun, pada intinya lagu ini masih menjadi tembang merdu yang dinyanyikan para demonstran. Dengan tujuan yang sama, melawan ketidakadilan.

Penulis merupakan mahasiswa semester 8 Jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN Bandung

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments