Sun, 8 September 2024

Bumiku Ini Bukan Planet, tapi Penyelamat!

Reporter: Sherly Putri Febrianti | Redaktur: | Dibaca 562 kali

Wed, 13 July 2022
Happy couple
(Sumber foto: Freepik)

JURNALPOSMEDIA.COM – Cerita pendek ini bermula dari sebuah kisah “Si gadis mungil” yang teramat membentengi diri. Semua rasa sepertinya sudah pernah ia rasakan sedari kecil. Perasaan marah, kecewa, sedih, senang, aman, khawatir, pilu, hingga tidak ada rasa yang belum pernah dirasakannya.

Cerita tentang pencarian makna atas perjalanan panjang. Pun tentang usaha agar dirinya merasa stabil ‘tuk jalani hari demi hari yang penuh dengan misteri. Selama ia hidup, alam bawah sadarnya selalu bergelut. Tidak lain tidak bukan, itu akibat traumatis masa lalunya yang kelam.

Di sini juga diceritakan tentang dia “Si penyelamat kehidupan”. Ya, tidak bisa digambarkan dan diuntaikan dengan kata-kata sih. Tapi yang jelas, setelah dia datang, rasa aman dan nyaman itu kembali muncul ke permukaan. Menyelimuti dengan tenteram segala kegelisahan dan juga kegundahan.

Kita sepakati saja dari awal, si pemilik kisah ini bernama Qisha, selanjutnya akan dipanggil Sha. Sosok penyelamat itu kita beri nama Bumizra, sesuai keinginan si pemilik kisah, panggil saja dia Bumi. Kata Sha, kenapa harus dipanggil Bumi itu karena ia enggan memanggilnya dengan sebutan “Semesta” soalnya kepanjangan, hehehe.

Bercanda ah, jangan terlalu serius dong. Soalnya, tujuan dari dituliskannya cerita ini ingin mengajak kamu yang sedang baca untuk turut menyelami romansa kisah Sha dan Bumi.

Latar belakang Sha dan Bumi itu tidak jauh berbeda. Keduanya memiliki problematik keluarga yang hampir-hampir miriplah. Meski, setiap keluarga itu punya rahasia dan ceritanya masing-masing. Cuma, gak tau deh kenapa mereka bisa sama. Enggak apa-apa sih, malah bagus. Jadinya bisa saling mengerti dan merasakan. Sehingga tidak untuk saling menghakimi satu sama lain, seru bukan?

Sha itu orangnya teguh dan sangat berprinsip. Ya, kenapa bisa gitu karena belajar dari masa lalunya. Itulah cara Sha menjaga diri sendiri agar tidak ada siapa pun yang menyakiti. Kalau Bumi, orangnya itu santai pun tenang. Kalau ditanya tentang tujuan hidup ya Bumi pasti punya, tapi enggak sekeras Sha yang harus terstruktur.

Nah, jelaskan perbedaannya? Kebayang enggak sih sesering apa mereka beda pendapat? Tapi jangan salah, dari situlah mereka belajar untuk saling melengkapi.
Bumi hadir di kehidupan Sha itu udah bawa banyak banget perubahan. Soal perasaan aman, tenang, tenteram enggak usah diceritain deh. Eh, atau diceritain aja? Ayo dong pilih cepetan! Yaudah deh diceritain secara singkat aja nih.

Sha itu kurang dekat sama kedua orang tuanya, ya ibaratnya dia tuh anak kakek banget. Apa-apa ngadu ke kakek, duh bikin ngiri deh pokoknya perlakuan kakek dan cucu satu ini.

Cuma, ya Sha juga ngiri sih ngelihat anak dan orang tuanya bisa sedekat itu. Beberapa waktu lalu, kakeknya Sha meninggal. Duh, kebayang enggak sih seenggak punya tujuan apa Sha saat itu? Tapi, enggak harus nunggu lama loh ajaibnya.

Tuhan Maha Pengatur Skenario terbaik, dikirimkannya Bumi untuk bantu Sha bangkit. Awalnya Sha merasa “Ih apa sih kamu, mau apa? Coba aja deh kalau bisa”, ya seni melindungi diri dari ancaman buaya darat aja sebenarnya.

Eh dengan cara yang berbeda, enggak butuh waktu lama, Bumi berhasil meluluhkan hati Sha. Semenjak Bumi hadir, dunia Sha berputar 180 derajat. Ya, Bumi selalu kasih kesempatan untuk Sha merasakan hal-hal yang belum pernah ia jamah. Sebelum jauh ke sana, waktu itu Sha pernah nanya ke Bumi, gini nih katanya.

“Bumi, aku enggak mau main-main lagi. Udah males nangis semaleman cuma perihal cinta. Coba aku tanya, kamu serius enggak?” katanya.

“Iya aku serius, kamu memangnya belum yakin ya? Kamu boleh kok tanyain semua keragu-raguan itu ke aku sekarang. Masa iya aku harus nunggu waktu satu tahun untuk bisa miliki kamu,” jawab Bumi.

Beberapa pertanyaan Sha tanyakan kepada Bumi dan beberapa penjelasan juga telah Bumi jawab dengan penuh keyakinan, “Kayaknya udah enggak ada keraguan lagi deh Bum. Aku yakin kita bisa saling mengasihi hingga batas waktu yang tidak ditentukan,” tegas Sha.

“Yeh, apa aku bilang. Aku ini serius sayang sama kamu, Sha. Aku pengen jaga kamu lebih dari ini. Aku janji, aku bakal nempatin kebahagiaan kamu di atas segalanya. Makasih ya Sha udah kasih aku kesempatan, aku bakal jagain cucu kesayangan Bapak,” ucap Bumi seraya menyodorkan jari kelingkingnya.

Semenjak itu, kini, dan selamanya. Janjinya selalu ditepati. Enggak pernah ada rasa penyesalan yang Sha rasakan selama bersama Bumi. Perjuangannya yang enggak main-main itu menjadi wujud cinta paling nyata yang ia berikan. Sampai Sha bilang gini, “Bumi, kayaknya kamu lebih tau aku dari pada diriku sendiri deh,” ujarnya.

“Hah, kok bisa gitu sih Sha?” tanya Bumi.

“Iya, kadang aku enggak tau maunya gimana. Tapi, kok kamu bisa tau sih apa yang aku mau apa yang aku butuhkan?” jawab Sha.

“Itu cara aku untuk bisa bantu stabilkan kehidupan kamu, Sha. Aku berusaha ngerti jauh dari apa yang kamu sendiri usahakan. Karena bagiku, bahagia kamu itu harga mati. Jadi, bahagia terus ya Sha?” pintanya.

Seketika Sha meneteskan air matanya tanda ia terharu. Perlakuan manis Bumi itu selalu di luar sangkaan. Hingga pada akhirnya, Sha merasa jatuh cinta kali ini terasa berbeda dan terkesan begitu dewasa. Belum pernah Sha menemukan wujud rasa semurni ini.

Semua terasa mudah dan apa adanya, tanpa perlu direkayasa. Bertumbuh begitu saja, setiap hari bahkan setiap detik. Bumi selalu membuat Sha jatuh cinta setiap harinya. Sama seperti halnya dedaunan liar yang tidak pernah diberi air tetapi ia tetap merambat mekar begitu rimbun dan lebat.

Dengan agenda keliling dunia Sha, pulangnya selalu tentang peluk hangat Bumi. Semangatnya selalu berkaitan dengan senyum indah yang melengkung di wajah manis Bumi. Setelah sekian lama dibersamai oleh Bumi, keraguan Sha terhempas terpental dan berubah menjadi sesuatu yang kini ia sebut dengan ketenangan.

Mereka berdua kini sedang menyelaraskan doa. Berjalan beriringan hingga dapat menyempurnakan ibadah dengan begitu haru. Bertumbuh dewasa di tengah guncangan kehidupan yang naik-turun dengan tetap berpegangan dan bertekat untuk tak saling meninggalkan.

Sepenggal cerita pendek ini semoga senantiasa memberikan motivasi untuk kamu yang selalu bertanya-tanya, “Kok aku enggak pernah sih dapet pasangan yang suportif, bisa saling ngerti, dan mau berjuang bareng?” atau pertanyaan lainnya yang mungkin masih mengakar di pikiranmu.

Jawabannya, mungkin belum saatnya. Fenomena kehidupan datang dan pergi itu benar adanya. Semakin kamu menahan diri untuk larang orang lain masuk ke kehidupan, ketika sudah waktunya ia akan datang. Berlaku sebaliknya, jika kita menggenggam seseorang untuk tetap tinggal membersamai proses kehidupan, kalau waktunya pergi pasti akan pergi.

Jadi, semua sudah ada waktunya. Percaya dan yakin, Tuhan Sang Pengatur Skenario terbaik enggak akan pernah menutup mata. Semoga kamu yang telah membaca kisah bisa lebih yakin dari pada sebelumnya, ya!

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments