JURNALPOSMEDIA.COM–Siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri A mengikuti kegiatan Perkemahan Rabu Kamis (Peraka) di Panti Sosial Binaan Netra (PSBN) Wiyataguna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Kamis (21/2/2019). Peraka yang diikuti 80 siswa tersebut merupakan bagian dari kegiatan pramuka sekaligus gagasan baru SLB Negeri A sebagai pengganti kegiatan Perkemahan Sabtu Minggu (Persami).
Instruktur Orientasi dan Mobilitas (OM), Muhammad Fahmi mengatakan, kegiatan Peraka menjadi salah satu kegiatan rutin kemping yang dijadwalkan setiap satu semester sekali. Dalam rangkaian kegiatannya diisi dengan berbagai macam permainan dan edukasi seperti praktek membuat tandu dari kayu dan tali, haling rintang, berjalan di tali dan menggelindingkan ban.
Guru Multiply Disabled Visual Impairment (MBVI) Yuyun Supriat menjelaskan, manfaat dan tujuan kegiatan ini sebagai peningkatan keterampilan, keaktifan dan kemampuan sosial anak. “Kegiatan kemping ini untuk melatih anak-anak agar lebih mandiri, lebih berkolaborasi dan lebih percaya diri,” jelasnya.
Lebih lanjut, Yuyun mengungkapkan ada beberapa kendala yang dihadapi, hal itu dikarenakan perbedaan keterbatasan anak yang terkadang menimbulkan sifat tidak menerima sesama siswa. “Mereka kan ada keterbatasan yang dominan, biasanya mereka agak ditolak dari temen-temennya yang lain karena kegiatan itu kan ada lomba-lombanya, jadi si anaknya suka gak mau nerima. Tapi, biasanya selalu diberikan pengertian kepada anak yang lain untuk jangan hanya mengejar juaranya saja.” kata Yuyun.
Yuyun mengatakan untuk lomba maupun kegiatan penjelajahan penjaga pos diharuskan mempunyai keterampilan dalam mengatur siswa untuk memberikan pemahaman terkait kegiatan yang akan dilalui. “Setuap perlombaan menjelaskan aturannya berbeda antara anak yang normal dengan yang tuna netra. Itu harus dikasih tahu medannya bagaimana, sehingga harus punya skill untuk mendeskirpsikan kejadian yang akan dialami dan nanti hasil yang akan didapatkan apa,” katanya.
Yuyun berharap kegiatan Peraka tersebut dapat terus dilaksanakan agar dapat menunjang keterampilan serta keaktifan siswa. “Semoga kegiatan ini selalu dilanjutkan karena ada hal-hal sederhana yang harus dipupuk sejak kecil, seperti ketertiban, keamanan, harus diperhatikan. karena anak tuna netra lebih banyak diverbal, mereka orang auditori jadi verbalnya yang muncul.” Pungkasnya.