Anak kecil itu menyipitkan mata
Berdiri ia di depan rumah, ditemani angin Pasundan
Memeluk erat dirinya
Membenarkan posisi kacamatanya
Di depan sana riuh suara
Menggerutu ia di tempat berdirinya
Pertanyaan-pertanyaan tertulis di kepala
Beruntungnya secangkir teh datang suguhi kehangatan
Semesta selalu baik padanya
Beruntungnya ia menjadi kecil
Selalu rewel dengan pertanyaan mengapa? mengapa? dan mengapa?
Hanya tawa renyah jawabannya
Kulihat si kecil itu pejamkan mata
Komat-kamit bibirnya,
Ku coba pahami apa maknanya
Beruntungnya aku, beruntungnya aku, beruntungnya aku!
Tenanglah, ia sudah temukan jawabannya..