JURNALPOSMEDIA.COM-Tepatnya bulan Agustus tahun 1883 lalu, menjadi saksi amukan sang krakatau. Perubahan iklim sampai berkurangnya populasi adalah sebagian kecil dari dampak yang diakibatkannya. Hal ini bukan pertama kali terjadi, sekitar abad ke-5, Gunung Krakatau purba meletus dan akhirnya hancur menyisakan kaldera. Tepi kawahnya membentuk tiga pulau, salah satunya adalah Pulau Rakata.
Mengutip dari cnn.com, pertumbuhan yang cepat pada Pulau Rakata menjadikan pulau ini menjadi gunung yang dikenal dengan Gunung Rakata. Tak hanya itu, dua gunung api juga muncul di tengah-tengah kawahnya, yakni Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan. Lama kelamaan dua gunung tersebut menyatu dengan Gunung Rakata. Persatuan ketiga gunung api ini yang disebut Gunung Krakatau.
Lalu, pada tahun 1680 gunung ini mulai kembali meletus dan menghasilkan lava. 200 tahun lamanya tertidur, namun hari itu ia terbangun dan kembali mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Sepeti melansir dari bbc.com, setelah itu krakatau tak memperlihatkan aktivitas vulkanisnya untuk sementara. Sedangkan pada Mei 1883, krakatau kembali memberikan sinyal akan kebangkitannya.
Setelah sekian lama, gemuruh kembali terdengar, getaran mulai terasa, dan gunung mulai mengeluarkan material di dalamnya. Seharusnya, saat itu menjadi momen waspada bagi semua orang di sana. Sayangnya, kondisi itu justru disambut riang oleh penduduk sekitar dan wisatawan yang umumnya warga asing. Penyewaan kapal dan penjualan tiket meningkat demi menyaksikan aktivitas vulkanik gunung krakatau.
Dalam tiga bulan letusan mulai terjadi dan pada 11 Agustus 1883 abu mulai muncul dari gunung api tersebut. Letusan pun semakin kuat sampai tanggal 26 Agustus, dan puncak letusan itu pun terjadi esok harinya. 27 Agustus 1883, sebanyak empat kali letusan sangat besar dan kuat terjadi. Letusan terakhir mengeluarkan suara yang paling keras yang pernah tercatat.
Dua pertiga bagian krakatau runtuh, melenyapkan pulau-pulau di sekitarnya, setidaknya kurang lebih 36.000 jiwa menjadi korban kedahsyatannya bahkan dampak letusan gunung krakatau bisa dirasakan di seluruh penjuru dunia. Tsunami, abnormalitas di atmosfer, kenaikan merkuri sampai warna matahari yang terlihat ganjil di berbagai negara adalah sebagian kecil dari dampak letusan krakatau. 40 tahun kemudian, muncul gunung api yang dikenal dengan sebutan “anak krakatau”.