Fri, 13 December 2024

47 Tahun Berkarya, Wayang Golek Duleh Masih Diminati

Reporter: Desianti Yus Rusana | Redaktur: Monica Deasy Deria | Dibaca 551 kali

Fri, 10 November 2017
(Jurnalposmedia/ Desianti Yus Rusana)
(Jurnalposmedia/ Desianti Yus Rusana)

JURNALPOSMEDIA.COM – Senyum tak putus dari lelaki yang akrab disapa Mang Duyeh oleh kerabatnya. Semangatnya memahat kayu menjadi sebuah wayang tak pernah berhenti, selama 47 tahun tangannya konsisten dalam menghasilkan karya-karyanya. Hingga saat ini karyanya masih digemari para penggemar wayang.

Duyeh mengaku sudah menjadi pengerajin wayang sebelum tahun 1970 dan wayang golek hasil karyanya memasuki ranah bisnis pada tahun 1971. Pada awalnya, Duyeh hanya memasarkan wayang buatannya di Malioboro, Yogyakarta. “Dulu banyak yang belinya bukan domestik, tapi orang luar negeri, seperti Belanda, Australia, Amerika, Perancis, disitu semuanya kumpul waktu 1971 karena pasar Jogja disebut pasar seni,” kata Duyeh saat ditemui di sela-sela pekerjaannya.

Lebih lanjut Duyeh menceritakan Kota Yogyakarta merupakan pasar seni pada saat itu, karena banyaknya pengerajin kesenian yang berkumpul di sana untuk menjual hasil karya mereka. Pada saat itu harga wayang masih terbilang murah, yakni seharga 30 ribu rupiah per buah. Dari hasil berjualan wayang Duyeh mengaku bisa mengantongi uang sebanyak 500 ribu rupiah per bulan.

Memasuki tahun 1971 Duyeh kembali ke Kota Bandung dengan menerima 500 pesanan wayang untuk Kota Bali dan Yogyakarta. Duyeh memasarkan sendiri wayangnya ke Yogyakarta dan Bali tanpa perantara. Tahun 1976, Duyeh berhasil menjual harga wayang hingga 75 ribu rupiah per buah, bahkan hingga 150 ribu rupiah per buah. Duyeh juga memasarkan wayangnya melalui koran bahkan sempat masuk salah satu televisi swasta.

Dalam menjalankan bisnisnya, Duyeh memiliki banyak pekerja di berbagai cabang, di antaranya Ciparay, Majalaya, Sumedang dan Cianjur. Pada masa itu, Duyeh dapat dikatakan orang paling kaya di kampungnya karena telah berhasil membawa wayang menjadi karya seni yang ternama. Karena perkembangannya yang terbilang baik, sampai saat ini Duyeh masih menerima pesanan dari Bali.

Tahun 1985 pasar seni Yogyakarta berpindah ke Bali, karena melihat biaya pengurusan bea cukai ke Bali lebih murah dan mudah dibandingkan ke Yogyakarta. Duyeh mengaku banyak orang Bali yang mengajaknya bekerjasama, “Orang-orang Bali mengajak bekerjasama, karena banyaknya peminat kesenian khas Jawa Barat di Kota Bali,” paparnya.

Duyeh juga berhasil membuat legalitas badan hukum dan pajak usaha untuk wayangnya dengan hasil modal usahanya. Duyeh berkesempatan keliling Indonesia bahkan Dunia karena karyanya. Ditambah dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin pesat, pemasaran dan pemesanan wayang hasil Duyeh masih banyak diminati orang dalam negeri bahkan mancanegara.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments