Sat, 20 April 2024

Memaknai Kebangkitan Nasional: Api Semangat Menghadang Pandemi

Reporter: Ghina Tsuroya | Redaktur: Putri Restia Ariani | Dibaca 165 kali

Wed, 20 May 2020
kebangkitan nasional
Ilustrasi: sahabatnestle.co.id

JURNALPOSMEDIA.COM – Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap 20 Mei menjadi salah satu momentum penting pergerakan bangsa Indonesia. Lahirnya peringatan ini tidak lepas dari kemunculan organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Organisasi tersebut dimotori para pemuda Indonesia di School Tot Opleiding Van Inladsche Artsen (STOVIA) -sekarang FKUI- dengan tujuan menyatukan rakyat yang saat itu terpecah belah.

Namun, beberapa sumber juga menyebutkan peringatan harkitnas dilatarbelakangi oleh Serikat Dagang Islam (SDI) pada 1905. Tujuannya, untuk menandingi pedagang dari Cina yang mendominasi pasar kala itu. SDI kemudian berubah menjadi Sarekat Islam (SI) sebagai sebuah organisasi pergerakan Kebangkitan Nasional.

Dilansir dari historia.id, pada 1947 bangsa Indonesia kembali mengalami goncangan pasca proklamasi dengan dilancarkannya agresi militer I oleh Belanda. Hal itu pun berdampak pada kacaunya perekonomian. Di situasi tersebut, Ki Hajar Dewantara mengusulkan kepada Soekarno untuk memperingati 20 Mei 1948 sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Peringatan itu menjadi sumbu untuk menggelorakan semangat bangsa agar bersatu menghadapi kondisi tersebut.

Harkitnas dalam Belenggu Pandemi

Kali ini, peringatan Harkitnas di tengah pandemi Covid-19 dapat menjadi pengingat agar selalu dalam satu rel meski dalam situasi genting sekalipun. Saling mendukung satu sama lain dapat menguatkan kembali semangat melawan ‘musuh’ yang sedang kita hadapi. Bukan saatnya lagi untuk mengedapankan egoisme, karena pandemi dapat berakhir jika masyarakat dapat meredam rasa tersebut dengan tidak menyepelekan semua anjuran pencegahan penyebaran virus.

Masih hangat terdengar berita mengenai tenaga medis yang terpapar Covid-19 karena pasien yang tidak jujur saat pemeriksaan. Adapun kasus pasien positif Covid-19 yang ditolak pemakamannya oleh warga. Peristiwa ini menjadi suatu kekhawatiran. Kesatuan rakyat mulai goyah karena rasa takut berlebih terhadap sesuatu yang sebenarnya dapat ditanggulangi bila masyarakat satu frekuensi untuk melawannya.

Sinergi persatuan akan seimbang bila pemerintah dengan kebijakannya juga turut serius dalam penanganan Covid-19. Sudah sepatutnya menjadi fokus pemerintah sebagai kendali pergerakan masyarakat, untuk menghentikan penyebaran virus dengan tegas. Tidak maju-mundur seperti yang terlihat belakangan ini. Peringatan harkitnas tahun ini seyogyanya menjadi api semangat untuk memutus penyebaran Covid-19, agar segala aspek yang terhenti di masa pandemi bisa lekas pulih.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments